“Saat suami saya masih menjadi sopir truk, ‘main’ dengan perempuan lain itu biasa mbak. Bahkan kadang dibawa ke rumah. Saya sendiri kan sering lelah Mbak. Ya, saya biasa saja dengan semua itu. Malah pernah saya mengantarkannya kepada perempuan lain…”
Begitulah tetangga saya itu menuturkan kisahnya, ketika saya berkunjung ke rumahnya. Saya cukup terperanjat mendengarnya. Sebagai pendatang baru yang hanya mengontrak rumah, saya memang berusaha menyempatkan diri untuk bergaul dan mengunjungi tetangga. Semua itu untuk menunjukkan, meskipun penampilan kami berbeda (suami celana cingkrang, saya berjubah dan bercadar), namun kami tidaklah ekslusif atau tertutup dalam pergaulan.
Ketika mendengar kisahnya, saya hanya mampu menjadi pendengar yang baik. Tak mampu berkomentar apa-apa. Mungkin saking terkejutnya hati saya sebagai wanita, koq ada ya, seorang istri yang rela berbagi suami dengan PSK?
Jika menemui kasus seperti ini, betapa sangat terasa, bila dibolehkannya poligami bagi kaum lelaki adalah sebuah solusi. Sayangnya, kadang seorang istri lebih rela berbagi suami dengan pelacur, daripada suaminya menikah lagi. Lelaki yang kurang bertanggung jawab pun, ada yang memilih ‘jajan’ daripada menikah lagi. Karena pernikahan akan memberikan konsekuensi, menjalankan hak dan kewajiban.
Poligami, mungkin adalah syariat paling berat bagi wanita. Saya jadi ingat pendapat salah seorang teknokrat muslimah (1) yang pernah saya baca. Menurutnya, Allah membenarkan poligami, dan suami kita suka sekali, tapi nafsu kita sangat membencinya. Artinya kita berada dalam satu medan perang yang sengit. Kita hendak menjinakkan nafsu kita agar menerima sesuatu yang dirasa sungguh pahit.
Solusinya, cobalah kita pahamkan diri kita bahwa Allah tidak bermaksud menyiksa wanita dengan membenarkan poligami. Allah punya maksud baik dan penting untuk keselamatan hidup kita di dunia dan akhirat. Tapi ingat, kehendak Allah itu sangat bertentangan dengan kehendak nafsu kita.
Nafsu kita sangat cinta pada dunia, sedangkan Allah menyuruh kita cinta pada akhirat. Tanpa poligami pun belum tentu suami kita mengasihi kita seratus persen. Dan tidak ada jaminan yang setiap malam adalah ‘malam pengantin’ antara kita dengannya…Hmm…, salut saya, pada ahli pesawat yang berbahagia bersama tiga madunya itu.
(1). Ahli pesawat tersebut adalah Dr. Ing. Gina Puspita.
Judul asli : Berbagi Suami Dengan PSK
Sumber : Majalah Sakinah Volume 9, No. 11 Shafar-Rabiul Awwal 1432, hal.40
musyarrifah@ovi.com
Begitulah tetangga saya itu menuturkan kisahnya, ketika saya berkunjung ke rumahnya. Saya cukup terperanjat mendengarnya. Sebagai pendatang baru yang hanya mengontrak rumah, saya memang berusaha menyempatkan diri untuk bergaul dan mengunjungi tetangga. Semua itu untuk menunjukkan, meskipun penampilan kami berbeda (suami celana cingkrang, saya berjubah dan bercadar), namun kami tidaklah ekslusif atau tertutup dalam pergaulan.
Ketika mendengar kisahnya, saya hanya mampu menjadi pendengar yang baik. Tak mampu berkomentar apa-apa. Mungkin saking terkejutnya hati saya sebagai wanita, koq ada ya, seorang istri yang rela berbagi suami dengan PSK?
Jika menemui kasus seperti ini, betapa sangat terasa, bila dibolehkannya poligami bagi kaum lelaki adalah sebuah solusi. Sayangnya, kadang seorang istri lebih rela berbagi suami dengan pelacur, daripada suaminya menikah lagi. Lelaki yang kurang bertanggung jawab pun, ada yang memilih ‘jajan’ daripada menikah lagi. Karena pernikahan akan memberikan konsekuensi, menjalankan hak dan kewajiban.
Poligami, mungkin adalah syariat paling berat bagi wanita. Saya jadi ingat pendapat salah seorang teknokrat muslimah (1) yang pernah saya baca. Menurutnya, Allah membenarkan poligami, dan suami kita suka sekali, tapi nafsu kita sangat membencinya. Artinya kita berada dalam satu medan perang yang sengit. Kita hendak menjinakkan nafsu kita agar menerima sesuatu yang dirasa sungguh pahit.
Solusinya, cobalah kita pahamkan diri kita bahwa Allah tidak bermaksud menyiksa wanita dengan membenarkan poligami. Allah punya maksud baik dan penting untuk keselamatan hidup kita di dunia dan akhirat. Tapi ingat, kehendak Allah itu sangat bertentangan dengan kehendak nafsu kita.
Nafsu kita sangat cinta pada dunia, sedangkan Allah menyuruh kita cinta pada akhirat. Tanpa poligami pun belum tentu suami kita mengasihi kita seratus persen. Dan tidak ada jaminan yang setiap malam adalah ‘malam pengantin’ antara kita dengannya…Hmm…, salut saya, pada ahli pesawat yang berbahagia bersama tiga madunya itu.
(1). Ahli pesawat tersebut adalah Dr. Ing. Gina Puspita.
Judul asli : Berbagi Suami Dengan PSK
Sumber : Majalah Sakinah Volume 9, No. 11 Shafar-Rabiul Awwal 1432, hal.40
musyarrifah@ovi.com
0 komentar "Kisah hikmah poligami", Baca atau Masukkan Komentar
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.